Senin, 12 Maret
2018 pukul 16.00 telah diselenggarakan kembali discouns#2 (Discussion of
Islamic Counseling), bertempat di loby Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Kalijaga, yang bertema: “Berdakwah Melalui Konseling Ekologi: Chapter Report”,
dengan pemateri yaitu Moh. Khoerul Anwar, M.Pd. (Dosen BKI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
Pencetus teori
Ekologi yaituUrie Bronfenbrenner dengan bukunya yang berjudul The Ecology of
Human Development.Ekologi dan dakwah berdasarkan Q.S An-nahl:125. Yang
artinya: “Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.Stressing
penekanan dalam bidang konselingnya bukan pada kalimat “hikmah”melainkan pada
kalimat“berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik atau bermakna
dialogis”, maksudnya proses konseling itu dilakukan secara dialogis atau
komunikasi dua arah dan proses konseling dilakukan tidak hanya monoton.
Dalam teori
ekologi konseling seorang konselor tidak boleh menyarankan atau mengarahkan
konseli begitu juga konselor bukan penasehat, tetapi konselor membantu agar konseli
sadar dengan dirinya, agar mengenal potensi dirinya dan agar dia faham dengan
dirinya. Proses kemandirian konseli dalam mengambil keputusan dengan sendirinya
bukan dari orang lain, tetapi karena insight yang didapatkan dari proses
dialogis tersebut.
Ecological
counseling berbeda dengan behavior therapy,
ecological counseling berlandaskan pada lingkungan belajar yang membantu
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi individu dan harus dianalisis dengan
perspektif secara keseluruhan sistem sehingga perkembangan yang terjadi
merupakan bagian perkembangan dari keseluruhan sistem yang tersistematis.
Sedangkan behavior therapy itu mendisain perilaku konseli oleh konselor.
Ekologi
berprinsip pada tiga hal yaitu makrosistem, mikrosistem dan mesosistem. Dalam
hal ini yang dibahas yaitu mesosistem. Setiap konseli memiliki ego defence
mekanism, ketika ego defence mekanism itu tidak bisa ditembus oleh
seorang konselor maka konseling itu tidak bisa berjalan. Ego defence
mekanism ini bukan secara fisicly tetapi ideologi yang ada dalam dirinya,
ketika pemahaman-pemahaman yang ada dalam dirinya sudah merasa benar atau
berkepribadian tertutup dan tidak ada proses ideologis maka hal itu akan
terpatri dalam dirinya dan itu berbahaya. Oleh karena itu perlunya memberikan pemahaman-pemahaman
baru kepada orang lain dengan cara pendekatan ekologi.
Ecological
tidak bisa lepas dari irrational beliefe. Dewasa ini banyak sekali
orang-orang yang mengalami bipolar dan mengalami stress tingkat tinggi.Didalam
ecological bagian mesosistem itu sebagai unit terkecil (keluarga dan teman)
dalam membangun dan memupuk suatu hubungan sehingga perlunya setiap individu
saling menguatkan satu sama lain.
Menciptakan ecological
counseling di lingkungan yang sangat beragam, konselor jangan terlalu banyak
berbicara tetapi konselor harus banyak mendengarkan karena dengan mendengarkan
konselor akan tahu letak permasalahannya. Konselor perlu memahami posisi dan
perannya dengan itu kelak akan semakin faham serta bagian dari pemahamannya
adalah mendengarkan. Sedangkan konselor yang hanya berasumsi-asumsi itu adalah
hal yang salahterlepas dari positif ataupun negatif.
Demikianlah
hasil discoun #2, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua, Amiin
Tidak ada komentar:
Write komentar